Metode Penelitian
Hukum
Jenis Penelitian – Data
yang Dicari – Sifat Data – Alat Pengumpul Data – Cara Menganalisis Data
Jenis Penelitian Hukum
1. Penelitain Hukum Normatif
Penelitian hukum yang dilakukan
dengan memilih bahan pustaka atau data sekunder
Penelitian hukum normatif
mencakup:
- Penelitian
terhadap azas-azas hukum
- Penelitian
terhadap sistematik hukum
- Penelitian
terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horisontal
- Perbandingan
hukum
- Sejarah
hukum
2. Penelitian Hukum yang Sosiologis/Empiris
Penelitian hukum yang utamanya
meneliti data primer
3. Penelitian Sosiologi Hukum
Sifat Penelitian
1. Eksploratoris (penelitian terhadap data awal)
Penelitian yang dilakukan terhadap
suatu gejala atau peristiwa yang belum mempunyai suatu pengetahuan atau sumber
data atau bahan.
Ciri: Selalu diawali dengan kata
“Inventarisasi ….”
2. Deskriptif (penelitian sebab akibat)
Penelitian yang dimaksudkan untuk
memebrikan data yang seteliti mungkin tentang keadaan yang menjadi obyek
penelitian sehingga akan mempertegas hipotesa dan dapat membantu memperkuat
teori lama atau membuat teori baru.
Ciri: Selalu diawali dengan kata
“Analisis ….”, Sudah ada hipotesa
3. Eksplanatoris (membuktikan)
Penelitian yang dilakukan untuk
menguji hipotesa terhadap suatu masalah yang sudah lengkap.
Ciri: Selalu diawali dengan kata
“Efektifitas ….”, Sudah ada kesimpulan
Bentuk Penlitian
1. Diagnostic: Penelitian dilakukan bertujuan
untuk mendapatkan keterangan mengenai terjadinya suatu peristiwa
2. Deskriptif: Penelitian dilakukan bertujuan
untuk mendapatkan saran-saran apa yang seharusnya dilakukan untuk menyelasaikan
masalah yang terjadi.
3. Evaluatif: Penelitian dilakukan bertujuan
untuk memberikan penilaian terhadap program-program yang sudah dilakukan.
Tujuan Penelitian
- Fact finding: Penelitian yang bertujuan
untuk menemukan fakta saja.
- Problem finding: Penelitian yang bertujuan
untuk menemukan masalah.
- Problem identification: Penelitian yang
bertujuan untuk mengidentifikasi masalah.
Penerapan Penelitian
- Penelitian murni: Bertujuan untuk
pengembangan ilmu itu sendiri atau bersifat teori maupun untuk perkembangan
metode penelitian.
- Penelitian terapan: Bertujuan untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul atau yang ada dalam masyarakat.
Pemikiran
- Deduktif: Yaitu cara pengambilan
kesimpulan yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus.
- Induktif: Yaitu cara pengambilan
kesimpulan yang bersifat khusus ke hal-hal yang bersifat umum.
Data Penelitian Hukum
1. Data yang Dicari: das Sollen, das Sein
2. Jenis Sumber Data:
a. Data
Primer
Data yang diperoleh langsung dari
sumbernya
b. Data
Sekunder
Data yang sudah tersedia
Bahan hukum untuk memperoleh data
sekunder terdiri dari:
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum
yang mengikat, dan terdiri dari:
i. Norma (dasar) atau kaidah dasar, yaitu
Pembukaan UUD NRI 1945
ii. Peraturan dasar:
- Batang tubuh UUD NRI 1945
- Ketetapan-Ketetapan MPR
iii. Peraturan perundang-undangan:
- Undang-Undang, Perppu
- Peraturan Pemerintah
- Peraturan Presiden
- Peraturan Daerah
iv. Bahan hukum yang tidak dikodifikasikan,
seperti misalnya, hukum adat
v. Yurisprudensi
vi. Traktat
vii. Bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga
kini masih berlaku
2. Bahan hukum sekunder, yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti misalnya, rancangan
undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum dan
seterusnya
3. Bahan hukum tertier, yakni bahan yang
memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder;
contohnya kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan seterusnya
3. Sifat Data
1. Data Kualitatif
Yaitu data yang terbentuk atas
suatu penilaian atau ukuran secara tidak langsung dengan kata lain yaitu
kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.
Contoh : Berdasarkan penelitian BBM
mengalami kenaikan harga
2. Data Kuantitatif
Yaitu data terbentuk secara nomor
bilangan yang diperoleh dari hubungan secara langsung dengan kata lain yaitu
kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk angka.
Contoh : Berdasarkan penelitian BBM
mengalami kenaikan 30 %.
4. Data menurut peranan
1. Data utama
Yaitu data yang langsung
berhubungan dengan masalah penelitian.
Contoh : Wawancara
2. Data tambahan
Yaitu data yang merupakan data
pelengkap.
Contoh : Observasi.
5. Alat Pengumpul Data:
1. Studi dokumen, bahan pustaka
2. Pengamatan atau observasi
3. Wawancara atau interview
4. Kuesioner
6. Cara Menganalisis Data
1. Analyze: to examine (something) by divding it
into its separate parts, in order to learn about its qualities, meaning, etc.
2. Synthesize: to make up produce by combining
parts.
3. Dengan menggunakan cara berpikir induktif dan
deduktif.
4. Dengan menggunakan panafsiran hukum.
Pemilihan Lokasi Penelitian
Bila data yang dikumpulkan adalah data primer maka
diperlukan wilayah/lokasi. Lokasi penelitian adalah wilayah atau daerah bukan
instansi. Misal lokasi penelitian: Propinsi DIY, Kabupaten Sorong, Kota
Administratif Bogor.
Pemilihan lokasi penelitian harus disertai argumentasi ilmiah
artinya dapat dipertanggungjawabkan secara metodologis. Yaitu berbagai alasan
dalam memilih/menentukan wilayah tersebut sebagai lokasi penelitiant.
Populasi dan Sampel
1. Populasi: karakteristik tertentu dari suatu
obyek penelitian
Populasi: - Terbatas (kuantitas, karakteristik terbatas)
- Tidak terbatas (kualitas, karakteristik
umum)
Populasi merupakan
generalisasi dari obyek penelitian
1. Populasi teoritis: batas-batasnya ditentukan
secara kualitatif
2. Populasi yang tersedia
3. Jumlah secara kuantitatif dapat ditentukan
secara tegas
Jenis populasi
1. Homogen
2. Heterogen
2. Pemilihan Responden dan Narasumber
Dalam metode penelitian ilmu
sosial, sebutan bagi setiap orang yang memberikan informasi atau data yang
diperlukan dalam penelitian adalah informan. Informan dibedakan informan kunci
dan informan biasa. Dalam metode penelitian ilmu hukum, istilah informan kurang
dikenal tetapi yang dikenal adalah responden dan narasumber. Sebenarnya
responden dan narasumber ini adalah informan juga karena mereka mempunyai data
dan memberikan data kepada peneliti.
Responden adalah orang yang
memberikan respons berupa pemberian informasi atau data karena ia langsung
mengalami suatu peristiwa atau sebagai pelaku peristiwa.
Narasumber adalah orang yang mempunyai
pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan karena status, kewenangan atau
jabatannya tetapi dia tidak sebagai pelaku/orang yang mengalami suatu peristiwa.
Pemilihan responden: responden orang
yang dipilih untuk mewakili/representasi dari populasi, responden dipilih dari
populasi dengan cara teknik sampling.
Teknik sampling dibedakan: Probability/Random
dan Non Probability
- Probability/Random
Jenis-Jenis Probability Sampling:
1. Simple Random: Undian, Systematic, Tabel
Bilangan
2. Stratified/Random Sampling
3. Cluster
SYSTEMATIC SAMPLING
N = 50 n = 10 Interval sampel (K) =
50 = 5, 10
Pilih salah satu bilangan di antara
1-5 Misal terpilih bilangan 2 ini
disebut S (unsur pertama dalam sampel)
Unsur-unsur yang dipilih: S 2
S + K 7
S + 2K 12
S + 3K 17 dan seterusnya sampai sejumlah n yang dikehendaki
TABEL BILANGAN RANDOM
N = 50 0 n = 50
1) 2 6 3 3 3 ) 8 6 0 5 9 6 7 50 2 8
6 6 4 6 9 7 3 5 7 2 2 2 4) 4 9 1 2
2) 3 7 2 9 7 8 5 8
Bilangan 500 = terdiri dari 3 digit
Bilangan tabel = terdiri dari 4
digit
Kerangka sampling
No Nama Alamat
001 X
002 Y
500 Z
STRATIFIED RANDOM SAMPLING
Pemahaman Hukum Humaniter oleh
Anggota ABRI di DIY
Strata ABRI
AD AU AL POLRI
Pangkat Perwira
Bintara
Tamtama
Responden dapat dipilih secara acak/random
(proporsional/tidak proporsional)
b. Non Probability
Jenis-jenis Non
Probability Sampling:
1. Purposive Sampling/Judgemental Sampling
Dalam Purposive Sampling, peneliti
menggunakan pertimbangannya sendiri-dengan berbekal pengetahuan yang cukup
tentang populasi-untuk memilih anggota-anggota sampel. Oleh karena itu,
purposive sampling sering juga disebut judgemental sampling. Data yang
diperoleh dari judgemental sampling paling banyak akan memberikan arah pada
kesimpulan, tetapi pada umumnya tidak dapat digunakan sebagai dasar pengujian statistik.
2. Accidental Sampling
Pemilihan sampel yang dilakukan
saaat tanpa didasarkan pemenuhan ciri-ciri tertentu pada saat kejadian sesaat
di suatu wilayah. Dengan kata lain ditentukan secara subyektif oleh peneliti
tanpa ada argumentasi ilmiah.
3. Quota Sampling
Quota Sampling Proporsional dengan
Populasi
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
A. Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data kepustakaan
dilakukan dengan membaca bahan-bahan pustaka seperti buku, perundang-undangan,
jurnal, hasil penelitian atau studi dokumen.
Metode pengumpulan data penelitian
lapangan dengan cara:
Pengamatan/Observasi, Wawancara,
Angket/Kuesioner
1. Pengamatan/Observasi
Metode ilmiah harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Digunakan untuk penelitian dan direncanakan
secara sistematik
2. Terkait dengan tujuan penelitian
3. Dicatat secara sistematis
4. Dapat dicek dan dikontrol validitas dan
rellabilitasnya
Ciri-ciri umum metode observasi:
1. Harus jelas obyek yang diamati
2. Perilaku dibuat dalam kateori-kategori
3. Unit yang digunakan dalam menukur perilaku
4. Jenis dan besar sampel harus ditentukan
Validitas menunjukkan sejauhmana
suatu alat pengukur mengukur apa yang ingin diukur
Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya/diandalkan
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan tertentu dengan tanya jawab sambil tatap muka dengan
responden dengan menggunakan panduan wawancara.
Sasaran isi wawancara:
a. Memperoleh dan memastikan
b. Memastikan kepercayaan tentang keadaan/faktor
c. Memperkuat perasaan
d. Menggali kegiatan standar
e. Mengetahui alasan
Wawancara dilihat dari jenisnya
terdiri dari wawancara terstruktur atau semi struktur.
3. Menyebarkan Angket/Kuesioner
B. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data adalah benda
yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data sekunder atau data primer.
Data sekunder diperoleh dari studi pustaka maka alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data pada waktu studi pustaka adalah berupa bahan pustaka: buku,
hasil penelitian, skripsi, jurnal, majalah, internet.
Alat yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data waktu penelitian lapangan adalah:
a. Pedoman wawancara
b. Angket/kuesioner
c. Alat perekam suara dan gambar.
d. Alat tulis
Penyajian, Interpretasi, dan Analisis Data
A. Penyajian Data
Data yang diperoleh melalui
kuesioner diolah dan ditampilkan dalam bentuk tabel (setidaknya tabel
frekuensi).
Pembuatan tabel frekuensi dapat
dilakukan dengan cara:
a. Tabulasi langsung (dengan sistem tally)
b. Kartu tabulasi (mengelompokkan kartu
berdasarkan kategori)
c. Komputer (melalui program-program tertentu,
SPSS/PC+ SAS, dan lain-lain).
Tabel frekuensi disusun untuk
mencek konsistensi antat jawaban pertanyaan yang saling berhubungan.
Fungsi tabel frekuensi:
a. Mencek konsisten jawaban
b. Memperoleh deskripsi karakteristik responden
c. Mempelajari distribusi variabel yang
diteliti
B. Interpretasi data
Interprestasi data dimaksudkan
untuk mencari makna dan simplikasi yang lebih luas dari hasil-hasil penelitian.
Interpretasi dilakukan dengan 2
(dua) cara:
1. Interpretasi terbatas, yakni melakukan
interpretasi atas data dan hubungan yang ada dalam penelitian (interpretasi
dalam arti sempit).
2. Interpretasi yang dilakukan dengan
membandingkan hasil analisis dengan kesimpulan peneliti lain dan dengan
mengembangkan kembali interpretasinya dengan teori.
C. Analisis Data
Analisis data adalah proses
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterprestasikan
Cara analisis data: dapat
dilakukan dengan 3 cara
Secara umum: kulaitatif dan
kuantitatif
Secara khusus: gabungan kulaitatif
dan kuantitatif
1. Analisis Kualitatif
Antara lain dilakukan melalui
kategorisasi berdasarkan permasalahan yang diteliti dan data yang dikumpulkan.
Dalam analisis kualitatif dapat dilakukan interpretasi data yang bersifat
deskriptif semata atau deskriptif analitik.
Analisis data dalam penelitian
kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan
pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru, contoh
dari model analisis kualitatif ialah analisis domain, analisis taksonomi,
analisis komponensial, analisis tema kultural, dan analisis komparasi konstan
(grounded theory research).
2. Analisis Kuantitatif
Analisis dalam penelitian
kuantitatif bersifat deduktif, uji empiris teori yang dipakai dan dilakukan
setelah selesai pengumpulan data secara tuntas dengan menggunakan sarana
statistik, seperti korelasi, uji, analisis varian dan covarian, analisis faktor,
regresi linear dll.nya.
Kritik terhadap Analisis
kualitatif: banyak memakan waktu, reliabiltasnya dipertanyakan, prosedurnya
tidak baku, desainnya tidak terstruktur dan tidak dapat dipakai untuk
penelitian yang berskala besar dan pada akhirnya hasil penelitian dapat
terkontaminasi dengan subyektifitas peneliti.
Kritik terhadap analisis kuantitatif
memunculkan kesulitan dalam mengontrol variabel-variabel lain yang dapat
berpengaruh terhadap proses penelitian baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Untuk menciptakan validitas yang tinggi juga diperlukan kecermatan dalam proses
penentuan sampel, pengambilan data dan penentuan alat analisisnya.
3. Gabungan analisis kualitatif dan kuantitatif
Strategi Memadukan Analisis
Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif
Didasarkan pada diskusi di atas,
nampaknya tidak ada cara untuk memadu dua pendekatan yang bersifat kontradiski
tersebut. Bagi para penganut murni satu metodologi, mereka tetap memegang teguh
dalam menggunakan satu pendekatan saja. Sekalipun demikian ada banyak orang
yang berusaha mencari titik temu untuk memadukan kedua pendekatan tersebut.
Dalam memadu kedua analisis yang
berbeda tersebut sebaiknya dibedakan dalam tiga tataran, yaitu tataran filosofi,
teoritis, dan praktis.
1. Pertama dari tataran filosofi yang
mendasarinya. Disatu sisi pijakan filosofi pendekatan kuantitatif mengatakan
bahwa realitas itu bersifat tunggal, kongkrit, dapat diamati; sebaliknya,
pijakan filosofi pendekatan kualitatif menyatakan bahwa realitas bersifat
ganda, bulat atau utuh, dan realitas tersebut merupakan hasil dari suatu
definisi dan konstruksi. Melihat kondisi tersebut kita akan mengalami kesulitan
jika berusaha memadu kedua pendekatan tersebut dalam tataran filosofi
masing-masing karena titik awal filsafat yang mendasari kedua pendekatan
tersebut sudah berbeda.
2. Kedua pada tataran teoritis pendekatan
kuantitatif didasari oleh teori positivisme, empirisme, behaviorisme,
rationalisme, and fungsionalisme. Benang merah dari teori-teori tersebut ialah
bagaimana cara mendapatkan kebenaran dalam ilmu pengetahuan secara empiris
dengan menggunakan indera manusia dan melacak dari sudut pandang luar.
Sementara itu pendekatan kualitatif didasari oleh teori-teori, seperti
idealisme, fenomenologi, interaksi simbolik, dan naturalisme. Inti dari
teori-teori tersebut menyatakan bahwa esensi makna atau kebenaran dapat
diperoleh melalui interaksi manusia; oleh karena itu, makna terikat pada budaya
manusia tertentu dan tidak bebas nilai. Akibatnya dalam melacak kebenaran para
peneliti harus mencari dari sisi dalam diri manusia. Kesimpulannya pada tataran
teori, kita juga mengalami kesulitan dalam menggabung kedua pendekatan karena
teori-teori tersebut dilandasi oleh pijakan-pijakan filsafat yang berbeda.
3. Ketiga pada tataran praktis, pada tataran ini
metode dan teknik untuk masing-masing pendekatan diharapkan dapat digabung atau
setidak-tidaknya digunakan secara bersamaan dalam suatu penelitian tertentu.
Dari pengalaman empiris di lapangan, sudah banyak para ahli metodologi menggunakan
metode gabungan untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam ilmu pengetahuan.
Diskusi untuk masalah ketiga ini akan dibahas secara mendalam dalam bagian
berikut ini.
Metode Gabungan: Aplikasi dalam
Desain Komunikasi Visual
1. Penelitian kualitatif digunakan untuk memfasilitasi
penelitian kuantitatif.
2. Penelitian kuantitatif digunakan untuk memfasilitasi
penelitian kualitatif
3. Kedua pendekatan diberikan bobot yang sama
4. Triangulasi
Model I Penelitian Kualitatif
Digunakan untuk Memfasilitasi Penelitian Kuantitatif
Untuk model pertama ini penulis
menyarankan hal-hal sebagai berikut: Tahap pertama dalam penelitian, kita
melakukan penelitian kualitatif dengan metode focus group discussion (FGD). FGD
merupakan salah satu teknik popular dalam pendekatan kualitatif yang berfungsi
sebagai sarana pengumpulan informasi awal dari para informan yang diwawancarai.
Teknik FGD ini akan dapat efektif jika interaksi antara peserta diskusi dalam
hal ini para informan dan memberikan jawaban yang banyak dan berkualitas serta
memberikan pemikiran pemikiran baru berkaitan dengan masalah yang sedang
digali.
Untuk melakukan hal ini kita
memerlukan sedikitnya lima orang peserta diskusi yang akan dijadikan sebagai
informan untuk digali informasinya. Jalannya diskusi dipimpin oleh seorang
panelis yang memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mengarahkan jalannya diskusi.
Sebagai catatan, panelis tidak boleh mengarahkan jawaban dari para informan
melainkan hanya memberikan stimulasi atau pancingan. Dari hasil diskusi ini
diharapkan muncul masalah yang jelas dan spesifik setelah melalui penyaringan
dalam diskusi; kemudian masalah tersebut dapat dijadikan sebagai masalah dalam
penelitian kuantitatif.
Penelitian menggunakan model ini
dalam desain komunikasi visual dapat dilakukan dengan menggunakan topik sbb:
Kajian mengenai peran seorang public figure
Pada tahap awal peneliti dapat
melakukan kajian tersebut dengan melakukan penelitian kualitatif dengan metode FGD
untuk mengkaji apa saja yang didapatkan dari hasil kajian tersebut berkaitan
dengan peran karakter dalam iklan tersebut. Masalah-masalah yang akan muncul
diantaranya:
• Apakah dengan adanya artis tersebut dapat
berperan dalam meningkatkan minat beli masyarakat?
• Apakah dengan adanya artis tersebut iklan
itu sendiri menjadi menarik bagi pemirsa?
• Apakah sifat-sifat dan kehidupan sehari-hari
artis tersebut dapat memperbaiki atau sebaliknya memperburuk citra perusahaan
tersebut?
• Apakah dengan adanya artis tersebut pesan
yang akan disampaikan oleh pihak perusahaan dapat ditangkap oleh calon konsumen
mereka?
Dari hasil diskusi kualitatif
tersebut, misalnya muncul masalah yang terakhir yang paling dominan dalam
pembicaraan; maka masalah yang akan diteliti ialah “Efektivitas peranan artis
Sophia Latjuba dalam menyampaikan pesan jamu Tolak Angin sehingga calon
konsumen dapat memahami iklan tersebut”. Dengan menggunakan topik tersebut,
peneliti harus melakukan pengecekan kepada konsumen dengan melakukan survei
yang bersifat kuantitatif.
Model II Penelitian Kuantitatif
Digunakan untuk Memfasilitasi Penelitian Kualitatif
Untuk model kedua ini dapat
diberikan contoh sbb: Dalam suatu survei mengenai logo Perusahaan tertentu menemukan
masukan dari para pegawainya yang menyebutkan bahwa sebanyak 80% dari
pegawainya menginginkan logo perusahaan tersebut diubah mengingat perkembangan
jaman dan pada dasarnya logo itu mencerminkan citra perusahaan
Dengan perkembangan teknologi
informasi yang semakin mutakhir, suatu perusahaan sudah meninggalkan cara-cara
layanan konvensional (model lama atau manual). Untuk itu perubahan logo yang
mencerminkan kondisi baru tersebut diperlukan. Hasil survei tersebut hanya
dapat mencerminkan adanya keinginan dari para pegawai tetapi tidak dapat
memberikan informasi pemikiran apa yang melandasi keinginan tersebut. Agar
peneliti dapat mengungkap apa-apa yang tersirat dalam keinginan tersebut maka
sebaiknya yang bersangkutan melakukan penelitian kualitatif dengan cara
melakukan wawancara kepada para pegawainya dengan permasalahan, misalnya:
• Mengapa para pegawai menginginkan perubahan
logo?
• Bagaimana sebaiknya bentuk logo yang baru
tersebut?
• Apa isi pesan logo yang baru?
• Apakah perubahan itu bersifat modifikasi
atau perubahan total?
• dsb
Model III Analisis Kuantitatif dan
Kualitatif Diberikan Bobot yang Sama
Dalam model ketiga ini peneliti
harus mengembangkan dua desain penelitian secara bersamaan, yaitu desain riset
kuantitatif dan desain riset kualitatif. Untuk desain riset kuantitatif,
metodenya survei, instrumen pengambilan data kuesioner, teknik samplingnya
probabilistik, alat ukur statistik rata-rata atau persentase dan teknik
analisis menggunakan statistik inferensial. Sedang untuk desain riset
kualitatif, metodenya menggunakan riset partisipatori, instrumen pengambilan
datanya berupa panduan wawancara, sampel sebagai informan akan dipilih sesuai
dengan kebutuhan. Dalam model ini, peneliti dapat menggunakan beberapa metode
yang berbeda pada saat pengambilan data dilapangan.
Model ini akan diaplikasikan dalam
kasus, misalnya “Kajian peranan warna pink dalam produk-produk kosmetik
Perusahaan X. Setelah peneliti melakukan identifikasi masalah, maka masalah
yang muncul ialah sbb:
1) Faktor-faktor apa saja yang mendorong
perusahaan X menggunakan warna pink untuk produk kosmetik di tahun 2014?
2) Mengapa warna pink yang menjadi pilihan
mereka di tahun 2014?
Masalah pertama dapat diselesaikan
dengan menggunakan survei. Caranya adalah: a) Pilihlah responden pegawai
Perusahaan X dengan menggunakan teknik sampling random sederhana, b) mintalah
mereka mengisi kuesioner yang sudah dipersiapkan dulu, dan c) gunakan statistik
deskriptif untuk menganalisis hasil awalnya dan jika ingin menggunakan analisis
statistik inferensial, peneliti dapat menggunakan analisis faktor.
Misalnya hasil penelitian
menunjukkan diantaranya ialah: a) faktor ekonomi (strategi pemasaran); b)
kecenderungan dalam dunia mode; c) berkaitan dengan pasar sasaran yaitu wanita;
dan d) melakukan eksprimen produk dengan bantuan warna. Jika dilihat dari
persentase gambarannya sbb:
• Faktor pertama dipilih sebanyak 30%
• Faktor kedua dipilih sebanyak 30%
• Faktor ketiga dipilih sebanyak 20%
• Faktor keempat dipilih sebanyak 20%
Untuk menjawab formulasi masalah
kedua, peneliti harus menggunakan pendekatan kualitatif, metode wawancara.
Dalam wawancara peneliti menanyakan hal-hal diantaranya:
• Mengapa perusahaan memilih warna pink?
• Siapa yang melakukan seleksi warna produk?
• Bagaimana prosedur pemilihan warna tersebut?
• Sebutkan pertimbangan utama dalam menentukan
warna dalam produk tertentu?
Jika peneliti menggunakan model
ketiga ini, hal yang perlu diingat ialah pemilihan responden harus dilakukan
dalam dua kali. Pertama dengan menggunakan teknik probabilitas, peneliti
memilih responden untuk mengisi kuesioner dan kedua peneliti mengambil sampel
lain lagi yang akan digunakan sebagai informan dalam wawancara.
Peneliti tidak boleh menggunakan
responden yang sama karena yang bersangkutan menggunakan dua metode yang
berasal dari pendekatan yang berbeda. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
interpolasi (informasi yang satu dengan yang lain bertentangan, sedangkan
sumbernya sama) dalam informasi yang diperolehnya.
Model IV Triangulasi
Dalam model keempat ini peneliti
yang menggunakan pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan dalam penelitiannya,
melakukan verifikasi temuan risetnya dengan hasil penelitian yang menggunakan
pendekatan kualitatif atau sebaliknya. Dalam kasus penelitian, misalnya seorang
peneliti ingin mengetahui “Berapa ukuran standar suatu billboard yang biasa
digunakan untuk sarana promosi perusahaan-perusahaan dalam produk rokok.”Peneliti
kemudian melakukan survei ke kantor-kantor biro periklanan atau biro-biro
pembuat billboard. Dalam studinya peneliti menemukan ukuran tertentu.
Kemudian peneliti tersebut
melakukan pengecekan dengan cara mewancari seorang desainer atau ahli dalam
bidang periklanan mengenai ukuran standar billboard. Model ini dapat
sebaliknya. Yang terpenting ialah masing-masing penelitian dilakukan oleh
peneliti yang berbeda dengan sampel dan latar yang berbeda pula.
Resiko-Resiko yang Akan Muncul
dalam Hasil Riset
Memadukan dua analisis yang berbeda
mempunyai resiko-resiko yang akan diketemukan dalam hasil penelitian,
diantaranya seperti:
a. Hasil temuan penelitian tidak menyatu
(integrated): Data yang dikoleksi dengan menggunakan metode yang berbeda-beda
akan menghasilkan ketidak konsistenan, tidak utuh dan tidak menyatu.
sebaliknya, data yang dikumpulkan dengan satu metode yang sama akan memberikan
hasil yang konsisten dan terintegrasi.
Kesimpulannya ialah bahwa metode
yang dicampur-campur akan kehilangan integritas dalam hasil penelitiannya. Kita
tidak dapat mempelakukan tipe-tipe data yang berbeda dengan satu alat analisis.
Data yang berbeda harus dianalisis dengan menggunakan alat yang berbeda pula;
akibatnya hasilnya akan bervariasi atau berbeda satu dengan yang lain. Secara
teknis hal ini disebut sebagai interpolasi menambah data atau informasi yang
kadang-kadang tidak melengkapi tapi menyesatkan. Konsekuensi logis dari keadaan
seperti itu ialah data yang lainnya harus diperlakukan sebagai pelengkap saja.
b. Tidak atau belum ada cara-cara atau alat
untuk mengintegrasikan data kuantitatif dan kualitatif: Sampai saat ini penulis
belum mendapatkan alat untuk mengintegrasikan data dalam bentuk teks, gambar,
suara, kejadian ataupun kombinasinya.
c. Desain penelitian yang berbeda akan
menghasilkan temuan yang berbeda: Desain penelitian yang berbeda akan
menghasilkan temuan-temuan penelitian yang berbeda pula. Dengan menggunakan
desain penelitian yang berbeda pada waktu yang bersamaan akan memungkinkan
menghasilkan temuan yang berbeda bahkan kontradiksi satu dengan yang lain
dikarenakan ketidak-mampuan peneliti dalammemadu metode secara tepat.
d. Metode gabungan belum tentu lebih baik dari
metode tunggal. Apabila kita bukan seorang ahli metodologi, akan lebih baik
untuk tidak menggabung metode.
Menggabung metode, lebih lanjut,
tidak menjamin hasil yang lebih baik dibanding dengan menggunakan satu metode.
e. Untuk dapat menggabungkan dua metode yang
berbeda, kita membutuhkan keahlian dan pengetahuan kedua pendekatan tersebut.
Apabila kita ingin menggabung pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam suatu
penelitian yang sama, pertama kali hal yang harus diketahui ialah mengenal
masing-masing pendekatan terlebih dahulu. Jika keahlian peneliti tidak dapat
memenuhi persyaratan tersebut, maka penelitian akan berjalan salah dan hasil
penelitiannya akan menyesatkan.
Strategi Menekan Kesalahan
Untuk menekan tingkat kesalahan
dalam menggabung dua metode, penulis menyarankan beberapa hal di bawah ini:
1. Rumuskan tujuan-tujuan penggunaan
masing-masing metode atau teknik, misalnya apa tujuan menggunakan kuesioner?
Apa tujuan menggunakan panduan wawancara? Jangan menggunakan kuesioner untuk
metode yang berasal dari analisis kualitatif sebaliknya juga jangan menggunakan
wawancara untuk metode yang berasal dari analisis kuantitatif.
2. Spesifikasi dan tentukan sebelumnya tipe dan
karakteristik data yang akan dikumpulkan. Apakah data kuantitatif primer atau
sekunder? Apakah data kualitatif primer atau sekunder? Ataukah data gabungan?
Jika digabung, seleksi mana yang dapat digabung dan mana yang tidak dapat,
misalnya tidak mungkin menggabung data teks dengan data berskala interval?
3. Selalu pertimbangkan bahwa data yang akan
dikumpulkan harus segaris dengan teori. Dalam pendekatan kuantitatif, masalah
ini dapat dicek dengan melihat angka signifikansi (probabilitas). Dalam
pendekatan kualitatif, data yang dikumpulkan harus dipandu oleh tujuan-tujuan
penelitan yang sudah dirumuskan terlebih dahulu. Jika data bertentangan dengan
teori, maka data tersebut harus diganti.
4. Perhatikan secara baik dan hati-hati dalam
menentukan langkah-langkah kegiatan penelitian. Jika kita ingin melakukan penelitian,
kita harus mulai dari identifikasi dan rumusan masalah, baru kemudian kita
menentukan pendekatan, metode dan teknik kuantitatif atau kualitatif.
5. Gunakan masing-masing desain penelitian
dengan baik dan taatilah aturan-aturan yang berlaku. Misalnya, jangan
menggunakan responden yang ditarik dengan menggunakan teknik sampling
probabilitas untuk diwawancari dan jangan meminta responden yang diambil dengan
menggunakan teknik non probabilitas untuk mengisi kuesioner.
6. Selalu sesuaikan antara tipe data, instrumen
pengukuran dan alat pengambilan data dengan tujuan penelitian; contoh, jika
kita memformulasikan suatu masalah penelitian sbb: Berapa besar peranan desain
Point Of Purchase terhadap minat beli?”maka kita memerlukan data kuantitatif, ukuran
persentase atau rata-rata, dan menggunakan kuesioner. Jika masalah sbb,
“Bagaimana peranan desain Point Of Purchase terhadap minat beli?”maka kita
memerlukan data kualitatif.
7. Bedakan secara jelas antara menggabung data
kuantitatif dengan data kualitatif serta memadu pendekatan kuantitatif dengan
kualitatif. Yang pertama adalah pada tataran praktis yang dapat menimbulkan
potensi kesalahan. Yang kedua pada tataran teori yang jika dilakukan dengan
baik dan benar akan membawa hasil yang benar.
8. Jangan mencoba melakukan kuantifikasi atau
mengukur data kualitatif karena hasilnya akan meragukan dan bersifat relatif /
terikat pada kondisi saat penelitian dilakukan. Perlu diingat tujuan penelitian
kuantitatif adalah melakukan generalisasi sampel kedalam populasi yang hal ini
tidak dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif; contoh, kita membuat
kategori hasil wawancara dan kemudian menggambarkan dalam grafik dengan
angka-angka yang menunjukkan hasil wawancara.
9. Jangan merasa benar jika anda mempunyai data
kualitatif digunakan sebagai data pendukung kuantitatif atau sebaliknya. Ingat
bahwa perbedaan tipe data dapat menciptakan interpolasi menambah data atau
informasi yang dapat mengakibatkan kesalahan atau bertentangan satu dengan yang
lain. Oleh karena itu lakukan pengecekan berulang-ulang data yang sudah
dikumpulkan apakah mereka segaris atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar