Usul FH Henetikan Kasus Hoax RS: A Good Thing for Us?
First of all, izinkan saya untuk menyampaikan duka atas musibah yang menimpa saudara-saudara kita di Palu, Donggala, dan Sigi, serta di Lombok dan daerah lainnya yang terdampak bencana yang telah terjadi belum lama ini. Kita semua mendoakan dan terus membantu agar kondisi terdampak bencana segera pulih. Selain itu, ada baiknya pula dalam upaya saling bahu-membahu menghadapi bencana, tidaklah perlu kita mempolitisasi suatu hal di tengah kondisi duka tersebut.
Kemudian, masuk pada poin tulisan ini, tidaklah kita perlu mempolitisasi kasus hoax Ratna Sarumpaet. As we know, RS yang mengaku dianiaya, akhirnya mengaku berbohong telah dianiaya dan telah menjelaskan bahwa lebam di wajahnya karena operasi plastik/sedot lemak.
Yang menjadi menarik bagi saya, adalah pernyataan Fahri Hamzah di ILC, yang mana kutipan ini saya ambil dari web tribun news. Kiranya kita semua mecermati poin-poin penting tanggapan FH terhadap kasus hoax RS:
1. RS, yang kebetulan merupakan single parent, dengan adanya kasus hoax yang dibuatnya sendiri, bakal kena sanksi sosial dan akan menghancurkan dirinya sendiri, termasuk sudah tidak lagi sebagai timses 02. Esensinya FH mengatakan, bahwa RS sendiri sudah nestapa atas hoax nya sendiri. Bahkan, jika perlu, kasus RS dihentikan saja.
2. Kasus hoax RS ini sangat rentan dipolitisir. Baik kubu 01 dan 02 tidak ada yang diuntungkan. Bahkan, orang-orang di luar RS sebagai pelaku ikut terseret-seret dan memperkeruh suasana. Sesuai pernyataan RS, menurut FH, fokuslah pada RS saja. Sekali lagi, jika perlu, kasus RS dihentikan saja.
Dengan segala pemikiran FH yang biasanya dianggap kontroversial dan bukan sama sekali saya berarti followers beliau, atau bahkan bukan berarti saya di kubu 02 dan lain sebagainya. Dalam kasus ini, tanggapan FH tersebut merupakan cerminan pemikian yang baik, bagi saya. Semoga landasan berpikir beliau karena good faith dan dengan pikiran yang bebas tanpa tekanan.
Ambil contoh ketika ada kasus (saya lupa-ingat, mohon koreksinya jika salah) ada orang tua yang membunuh anaknya sendiri, karena saat memundurkan mobilnya, anaknya tertabrak dari belakang hingga tewas. Putusan hakim pada saat itu begitu bijak dan menyentuh hati saya: pelaku alias orang tua tidak dipidana apapun. Alasannya sederhana: dengan kehilangan anaknya, itu sudah merupakan hukuman yang begitu berat dan tidak perlu ditambah lagi dengan hukuman pidana.
Inilah yang ingin saya tekankan, kita tidak bisa serta-merta kepastian hukum, si fulan bisa dipenjara atau tidak, atau selayaknya dipenjara berapa tahun, dan seterusnya. Lihatlah keadilan dan kemanfaatan dari penjatuhan pidana, jika tidak ada, untuk apa?
Apalagi di tengah suasana politik yang panas, masing-masing pihak yang berlawanan saling menjatuhkan, termasuk berusaha menyeret-nyeret ke ranah hukum. Memang pidana itu nestapa, tetapi bukan seperti ini caranya, menurut saya. Penjatuhan pidana diharapkan dapat atau berusaha mengembalikan keseimbangan yang sebelumnya tercemar dari adanya suatu tindak pidana.
Namun, jangan sampai dikotori oleh nafsu politik dan menjadi hukum rimba. Suasana justru menjadi kurang kondusif. Bukankah hukum itu ada sebagai cara penyelesaian yang etis dan damai, sekaligus langkah terkakhir?
Yang saya sesalkan juga, keluarga RS sampai ikut diperbincangkan, ikut disinggung, di-kepo-in. Padahal, keluarga RS tidak salah apa-apa, kan? Ini sama seperti ketika banyak orang membenci President D. Trump. Jika ada yang tidak senang dengan Trump, ya fokus saja ke orang itu saja dan tindakan atau kebijakannya. Lantas, jangan ikut mengolok-olok kepada satu anaknya yang "kekurangan". Sangatlah tidak etis mengolok-olok seperti itu.
Kita semua sudah tau bahwa pernyataan dianiaya itu hoax, RS sudah mengaku, and it’s clear enough for me. Kalau perlu, menurut saya dihentikan saja kasusnya, demi kebaikan bersama. Mengutip pernyataan FH, “apa lagi yang kita rampas dari dia? apalagi yang kita cari?” Jadi ini sama sekali bukan membela RS. Hoax tetaplah hoax, salah tetaplah salah.
FH bukan memang orang hukum. Saya sendiri yang baru lahir kemarin sore, mohon permakluman apabila ada salah-salah pemikiran saya melalui tulisan ini.
Termasuk mohon maaf atas penulisan yang campur aduk. Seperti tahu bulat, tulisan ini dibuat dadakan dan saya rasa agar tidak kehilangan momen juga.
At the end, mari kita berpikir secara jernih. Apa yang kita lakukan itu, yang terbaik untuk bangsa dan negara kita. Jangan ikuti amarah semata. Jangan ikuti nafsu politik praktis semata. Hoax memang sangat, sangat disesalkan, begitu dibenci, tetapi lantas jangan memperkeruh kehidupan kita sendiri. Hentikan rembet api, agar tidak terlalu menyebar luas.
Apalagi, di tengah duka bencana di beberapa tempat seperti kondisi saat ini. Fokuskan energi untuk kebaikan bersama.
Terima kasih.
Salam,
Muhammad Karim A
Untuk selanjutnya, saya salin kutipan beserta sumber web sebagai berikut:
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah angkat bicara soal kasus kebohongan aktivis Ratna Sarumpaet.
Hal itu diungkapkan Fahri Hamzah melalui program Indonesia Lawyers Club (ILC) yang tayang di tvOne, Selasa (9/10/2018).
Fahri Hamzah menuturkan kasus Ratna Sarumpaet merupakan sebuah ujian yang harus dilalui dengan baik.
Ujian, kata Fahri Hamzah, ditujukan untuk kepolisian hingga rakyat Indonesia.
"Kasus Ibu Ratna ini sebenarnya ujian saja, dari semua yang harus kita lalui dengan baik," kata Fahri Hamzah.
"Saya mohon dengan sangat kepada kepolisian. Ini juga ujian bagi kepolisian, kebesaran jiwanya, kebesaran hatinya, kelurusannya di hadapan hukum itu akan diuji sekarang," imbuh dia.
Menurutnya, pengakuan kebohongan Ratna Sarumpaet seharusnya sudah selesai dan tidak perlu dikaitkan dengan politik.
"Sebab kalau Ibu Ratna sudah membuat pengakuan seperti itu, sebetulnya sudah selesai. Beliau mengatakan tolong fokus kepada saya. Permohonan untuk fokus kepada dia, itu sebenarnya kompleks, menurut saya, permintaan itu," ujar Fahri Hamzah.
Jangan menilai dia seperti orang kemarin sore yang tiba-tiba muncul. Terus tiba-tiba kemudian kita menggunakan energi negatif kita untuk menilai dan mempersengketakan ini sebagai sesuatu yang layak kita menangkan. Saya kira nggak ada kemenangan dalam hal ini," jelas Fahri Hamzah.
(1) http://wow.tribunnews.com/2018/10/10/soal-kasus-ratna-sarumpaet-fahri-hamzah-saya-mohon-sekali-kepolisian-agar-hentikan-ini
Fahri Hamzah mengatakan jika kasus Ratna Sarumpaet seharusnya sudah dihentikan serta jangan disangkut-sangkutkan ke ranah politik.
Karena, Ratna yang sebelumnya menjadi satu di antara anggota tim pemenangan calon presiden (capres) no urut 2, Prabowo-Sandiaga telah mundur dari jabatan tersebut.
"Orang seperti itu dalam kesepiannya karena saya juga tau dia single parents, sisi manusiawi itu tidak boleh kita buang jangan semua kita jadikan politik.
Dia sudah mundur jadi tim sukses, maka itu berhenti pada dia saja, dia sudah menanggung malu dan merusak seluruh karier sepanjang hidupnya, apa lagi yang kita rampas dari dia? apalagi yang kita cari?," ujar Fahri.
Ia menambahkan jika kasus ini dikembangkan sebagai sengketa antar capres akan sangat memalukan sebagai bangsa yang sudah dewasa.
"Apalagi kalau kita kembang-kembang-kembangkan sebagai sengketa capres, memalukan sekali kita ini kalau yang kayak begini aja kita jadikan sengketa.
Apa gak ada tema lain yang lebih penting gitu, untuk dijadikan bahan sengketa, dan kita berhenti di sini sudahlah, sebagai orang dewasa dan bangsa dewasa ngapain sih yang gini-gini kok jadi kasus," tambahnya.
Karena pada kasus ini hanya Ratna Sarumpaetlah yang merasa dirugikan, sementara kedua capres tidak akan dirugikan.
"Terus terang saya susah membela kalau peristiwa ini dijadikan masalah besar yang membuat kita bergoncang setiap malam setiap hari.
Sekali lagi saya ini saya ngomong bukan sebagai pak Jokowi (Presiden Joko Widodo) sebagai incumbent bukan sebagai orang yang bertarung, tapi sebagai presiden dan saya sebagai DPR berkewajiban membela rakyat dan konstituen saya sampai jabatan saya selesai karena itu tugas saya.
Mudah-mudahan malam ini sebagai akhir dari perdebatan Ratna Sarumpaet ini, cukuplah kebodohan ini membuat kita malu.
Apa yang dirugikan Ratna Sarumpaet selain dirinya sendiri? Tidak ada, kami yang merasa dibohongi ini saya sudah merasa terwakili oleh permintaan maaf Pak Prabowo ya sudahlah, Pak Prabowo juga sudah meminta maaf," tambah Wakil Ketua DPR ini.
(2) http://wow.tribunnews.com/2018/10/10/soal-ratna-sarumpaet-fahri-hamzah-memalukan-sekali-kalau-seperti-ini-saja-kita-jadikan-sengketa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar