Rabu, 04 Juli 2012

Sejarah Konflik Palestina-Israel di Tanah Palestina



1)      LATAR BELAKANG
Balfour Declaration pada 2 November 1917, sebuah deklarasi yangmana pemerintah Inggris mendukung rencana-rencana Zionis membuat tanah air bagi bangsa Yahudi di tanah Palestina yang dianggap the Promise Land (tanah suci/harapan). Hal ini ditentang oleh bangsa Arab yang menganggap bahwa tanah itu adalah tanah air bangsa Palestina dan tanah suci bagi umat Muslim.

2)      TUJUAN
Bagi bangsa Arab dan Palestina
Bagi bangsa Israel
1. Mempertahankan tanah suci bagi umat Muslim
1. Mempertahankan tanah suci bagi bangsa Yahudi
2. Mempertahankan tanah air Palestina
2. Mempertahankan Negara Israel
3. Menjalankan keyakinan sesuai al-Qur’an
3. Menjalankan keyakinan sesuai kitab Tsalmud
4. Menentang gerakan Zionisme
4. Memperluas gerakan Zionisme

3)      RINGKASAN PERISTIWA
Negara Israel diproklamasikan pada tanggal 14 Mei 1948. Sehari kemudian langsung diserbu oleh dari negara-negara Timur Tengah. Namun Israel yang justru merebut kurang lebih 70% dari luas total wilayah daerah mandat PBB yang didukung Inggris sebelumnya. Itulah Perang I Arab-Israel.
Perang Arab-Israel kemudian juga terjadi pada 1967 selama enam hari yang berakhir pada 5 Juni 1967, mengakibatkan Israel menguasai Tepi Barat Palestina. Perisitwa ini dikenal dengan Hari Naksa (hari kemunduran).
Perang Arab-Israel kemudian terjadi kembali berulang-ulang. Dalam perang bersenjata, Israel sering mendapat kemenangan atas Palestina yang didukung oleh negara-negara Arab. Penyelesaian melalui jalan damai dengan perundingan yang terus diupayakan juga selalu menemui kegagalan. Hal ini dikarenakan Israel mendapat bantuan AS dan dukungan Inggris.
Untuk memperkuat kedudukan Yahudi di Palestina, dilakukan gerakan Zionisme dipimpin oleh Theodore Herzl sejak 1985 yang mengakibatkan kerugian bagi Palestina dan menguntungkan bagi Yahudi.
Karena tindakan sewenang-wenang Yahudi di tanah Palestina dan memperkuat solidaritas umat Muslim, didirikan Organization Islam Conference (OCI) 25 September 1969 dengan anggota negara-negara Islam di seluruh dunia, tetap bertahan sampai sekarang.
Solidaritas masyarakat internasional terhadap Palestina pun semakin meningkat, baik dari umat Muslim sendiri maupun non-Muslim.

4)      AKHIR PERISTIWA
Sampai saat ini, konflik Palestina-Israel belum juga selesai. Militer Israel justru terus menyerang warga Palestina seiring dengan wilayah Palestina yang semakin sempit. Upaya melalui jalan damai dengan perundingan selalui menemui kegagalan karena kelicikan pemerintahan Israel sendiri, yangmana juga mendapat dukungan kuat dari AS.
Pemimpin baru Palestina, Mahmud Abbas, tengah mencari dukungan untuk Palestina dari negara-negara di seluruh dunia dan PBB, agar Negara Palestina diakui secara internasional dan bisa hidup dengan damai tanpa ancaman dari Negara Israel. Palestina pada akhirnya diakui sebagai negara merdeka, meski sampai saat ini masih ditentang keras oleh Israel dan AS.
Tidak hanya itu, solidaritas masyarakat internasional terhadap Palestina pun semakin meningkat. Banyak relawan-relawan dan organisasi-organisasi yang didirikan untuk membantu Palestina, seperti tim MER-C dari Indonesia. Bahkan, tim MER-C kini tengah membangun sebuah rumah sakit di Palestina.

5) ISU-ISU PENTING
Isu-isu kunci yang masih membelah kedua belah pihak, yakni:

Negara Palestina dan kekuasaan
Palestina menginginkan sebuah negara merdeka dan berdaulat penuh di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan Jerusalem timur sebagai ibu kotanya.

Israel menginginkan sebuah negara Palestina tanpa militer. Israel menginginkan kehadiran militernya untuk jangka panjang di Tepi Barat Lembah Jordan, dan mempertahankan kontrol atas wilayah udara dan perbatasan-perbatasan dengan asing.

Batas wilayah Palestina dan permukiman Yahudi
Palestina menginginkan Israel menarik diri dari semua tanah yang diduduki sejak perang Enam Hari 1967 dan untuk membongkar semua permukiman Yahudi, meskipun mereka telah menerima prinsip pertukaran lahan kecil yang sama ukuran dan nilainya.

Israel mengesampingkan penarikan penuh ke perbatasan sebelum 1967, tapi siap untuk keluar dari beberapa bagian Tepi Barat sementara terus mencaplok blok kawasan permukiman yang besar yang merupakan rumah bagi sekitar 360.000 warga Israel, termasuk Jerusalem timur.

Palestina menginginkan pembekuan semua pembangunan permukiman selama pembicaraan damai. Israel menegaskan pembicaraan damai tanpa prasyarat.

Jerusalem
Israel merebut Jerusalem timur dari Jordania tahun 1967 dan kemudian menganeksasi wilayah itu dalam tindakan yang tak diakui oleh masyarakat internasional. Israel menganggap kota itu sebagai ibu kota "abadi dan tak terpisahkan".

Palestina ingin menjadikan Jerusalem timur rumah bagi 280.000 warga Palestina dan lebih dari 200.000 warga Israel, ibu kota negara masa depan mereka.

Pengungsi
Ada sekitar lima juta pengungsi Palestina yang terdaftar, sebagian besar keturunan dari 760.000 orang Palestina yang melarikan diri atau diusir ketika negara Yahudi itu diciptakan tahun 1948. Palestina menuntut Israel mengakui "hak mereka untuk kembali", tapi dalam sejumlah pembicaraan damai, Palestina telah menuntut Israel mengakui "prinsip" itu, dan dengan demikian bertanggung jawab atas masalah tersebut.

Israel menolak tuntutan "hak untuk kembali". Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menginginkan Palestina menerima Israel sebagai "negara orang Yahudi", yang akan memastikan masalah pengungsi diselesaikan dalam batas-batas negara Palestina masa depan.

Air
Israel menguasai sebagian besar sumber daya air bawah tanah di Tepi Barat. Orang-orang Palestina menginginkan pembagian yang lebih adil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar