http://m.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/15/09/21/nv0rol14-pelajaran-dari-kasus-ahmed
Alhamdulillah tulisan saya masuk koran Republika kemarin Senin (21/9).
---
Pelajaran dari Kasus Ahmed
21 September 2015 16:00 WIB
Media massa banyak mengkritik rasisme yang masih terjadi di negara adidaya yang selama ini dituding membuat situasi politik dan ekonomi menjadi tegang di berbagai negara tersebut. Tidak hanya itu, melalui hastag #IStandWithAhmed para pengguna media sosial pun turut menyampaikan keprihatinan mereka.
Pelajaran penting
Ahmed barangkali mendapat pelajaran yang berharga yang mungkin tidak pernah ia duga sebelumnya. Bahwa dirinya sebagai seorang berkulit hitam berketurunan Sudan itu harus menunjukkan kepada dunia bahwa golongan minoritas sekalipun juga berhak atas pendidikan dan turut dapat berkontribusi memajukan di negara di mana ia tinggal. Sebagai golongan minoritas di Amerika Serikat.
Di satu sisi, melalui jam buatannya yang oleh guru pelapor dan polisi yang menangkapnya dikira sebuah bom, justru berhasil menjadi sebuah bom untuk menghancurkan virus Islamofobia di berbagai belahan dunia. Pada saat yang sama, Ahmed masih beruntung karena banyak pihak yang menyoroti kasus ini. Barangkali masih banyak perlakuan diskriminasi terhadap golongan minoritas di berbagai wilayah.
Ahmed mengajarkan kepada kita bahwa siapa pun berhak atas pendidikan dan mengembangkan kemampuannya, apa pun latar belakangnya. Ternyata tidak semua orang mendapat hak atas pendidikan yang sama, sekalipun seseorang itu telah diterima menjadi siswa atau mahasiswa. Bagaimana perlakuan atas seseorang hanya karena perbedaan yang melekat dan terlihat secara fisik, menimbulkan diskriminasi atas dirinya sendiri, padahal bukan salah dia menjadi dirinya sendiri.
Apalagi seseorang yang tidak bersekolah sama seperti lainnya hanya karena ia minoritas, tentu ia akan tidak pintar sama seperti yang telah menempuh pendidikan. Latar belakangnya tidak membuat seseorang menjadi terbelakang, namun bagaimana sekali lagi, seseorang mendapatkan hak atas pendidikan sama seperti lainnya. Seseorang minoritas itu pun akan menjadi terbelakang dan semakin minoritas
Pelanggaran HAM
Inilah pelanggaran hak asasi manusia yang amat penting dan krusial, namun masih banyak orang belum menyadarinya. Mengingat hak atas pendidikan merupakan hak yang mendasar bagi seseorang. Karena di situlah seseorang dapat mengembangkan kemampuan dirinya dan yang menjadi penentu kesuksesan masa depan seseorang. Kejadian ini memperlihatkan sebagian kecil masih adanya pelanggaran hak asasi manusia di berbagai belahan dunia, di tengah gaungan memperjuangkan hak asasi manusia yang hanya sekadar euforia maupun memperjuangkan hak yang sejatinya melanggar fitrah manusia, seperti pihak-pihak yang mendukung pernikahan sesama jenis.
Robert Mugabe dalam pendapatnya bahwa pemimpin harus menjadi teladan, mengatakan, "If Obama wants me to allow gay marriages in Zimbabwe, I should marry him first to show the good example." Dunia selama ini terjebak mengenai bagaimana kita seharusnya memperjuangkan hak asasi manusia tanpa batas dan menghilangkan bagaimana kodrat sejatinya manusia itu sendiri. Pada saat yang sama, kita masih melupakan hal-hal yang mendasar, seperti hak atas hidup, pendidikan, kesehatan, pekerjaan yang layak, atau tempat tinggal.
Banyaknya jumlah rakyat yang meninggal maupun pengungsi yang barasal dari Irak dan Suriah karena situasi politik yang memanas, seolah menjadi tontonan yang biasa. Padahal di situlah esensi bagaimana kita melihat manusia dan memanusiakan manusia. Alangkah bodohnya di tengah situasi krisis kemanusiaan ini, kita ketika mendukung pernikahan sesama jenis padahal hewan yang mempunyai otak hanya secara fisik pun kawin dengan lawan jenisnya. Bukankah dengan menikah sesama jenis, itu juga pelanggaran atas hak mempunyai keturunan dan memperburuk generasi mendatang? Bukankah menikah sesama jenis itu juga melanggar ketertiban umum dan kesusilaan?
Ahmed memperlihatkan bahwa masih ada hak asasi manusia yang patut dan harus diperjuangkan, salah satunya hak asasi manusia. Jam itu mungkin hanya menjadi barang biasa saja bila dibuat oleh seorang yang bukan golongan minoritas. Namun menjadi berbeda lantaran jam itu dibuat oleh seorang pemuda Muslim golongan minoritas di sebuah negara, kemudian dikaitkan dengan aksi terorisme oleh segolongan orang yang mengaku beragama dan memperjuangkan agama Islam, menjadi dasar logisme untuk melaporkan dan menangkap Ahmed.
Revolusi Islam
Bagi sesama Muslim, kita tidak bisa pula serta-merta menyalahkan orang non-Muslim yang masih banyak salah persepsi mengenai Agama Islam yang kita anut. Islam selama ini terlihat dengan kekerasan dan keserakahan, seperti bagaimana situasi politik di kawasan Timur Tengah maupun aksi terorisme oleh mereka yang mengaku Muslim, maupun persepsi miring atas umat Muslim karena kalah dalam bidang menguasai ilmu pengetahuan bila dibandingkan dengan yang non-Muslim.
Kasus yang terjadi pada saudara kita Ahmed itu harus kita pelajari, bahwa tidak dapat ditunda lagi untuk menunjukkan bahwa Islam itu agama yang membawa berkah bagi seluruh umat manusia, sekaligus bagaimana kontribusi Muslim terhadap dunia, khususnya pada pemuda Muslim yang akan menjadi generasi penerus.
Umat Muslim harus melakukan revolusi kembali, namun jangan salah persepsi gerakan revolusi ini dalam hal politik, mengatasnamakan Islam untuk merebut maupun mempertahankan kekuasaan semata. Revolusi Islam yang dimaksud oleh penulis adalah gerakan membangkitkan kembali semangat Muslim d
alam hal pendidikan, sebagaimana ayat pertama dari Alquran kita diajarkan untuk membaca. Pun demikian yang terjadi pada masa kejayaan Islam silam karena semangat dan dedikasi yang tinggi atas pendidikan.
Jika kita bisa menunjukkan bahwa Muslim mampu berkontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan kebaikan bagi generasi mendatang, secara otomatis dunia akan melihat bahwa Islam benar-benar agama yang membawa berkah bagi umat manusia, sekaligus menghilangkan virus Islamofobia yang tidak dapat dimungkiri masih menjalar di berbagai wilayah.
Muhammad Karim Amrullah
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar