Ringkasan Karya Ilmiah Saya
1. Masalah : Sejak kapan kita mendidik anak kecil?
Jawaban : Sejak dini.
Menurut pengalaman Glenn Doman, tokoh Pengembangan Kemampuan Manusia, manusia harus belajarsejak dini—terutama saat anak berusia ±5 tahun. Beberapa alasan mengapa anak-anak harus belajar ketika usia mereka masih sangat muda adalah sebagai berikut :
a. Hiperaktif seorang anak dalam usia itu ternyata diakibatkan oleh kehausanya akan pengetahuan.
b. Kemampuan anak untuk menyerap informasi pada usia itulah puncaknya dan tidak akan pernah terulang lagi.
c. Jauh lebih mudah mendidik anak pada usia dini daripada dalam usia-usia lainya.
d. Anak-anak yang belajar ketika masih dini cenderung lebih mudah mengerti dan penuh pemahaman.
e. Anak-anak yang belajar ketika masih dini cenderung lebih cepat.
Pernah ada pepatah yang mengatakan,”Berilah saya seorang anak selama 8 tahun pertama hidupnya, dan saya dapat berbuat apa saja terhadapnya untuk seterusnya.”
Dibanding dengan masa-masa manusia lainya, masa kecil manusia adalah yang terpanjang. Ini semua kehendak Tuhan, supaya manusia mempunyai waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri menerima taklif (kewajiban memikul syariat)
Nabi Muhammad SAW selalu memperhatikan waktu dan tempat untuk menasehati anak-anak, supaya hati anak-anak dapat menerima dan terkesan oleh nasehatnya. Sehingga mampu meluruskan perilaku mereka yang menyimpang dan membangun kepribadian yang bersih dan sehat. 3 pilihan waktu yang dianjurkan:
1. Saat berjalan-jalan—di atas kendaraan
2. Waktu makan
3. Ketika anak sedang sakit
Seperti ketika mengajarkan shalat—dalam agama Islam. Dalam hadist dikatakan: “Perintahkanlah anakmu untuk shalat ketika berusia 7 tahun dan pukullah mereka—jika enggan shalat—ketika berumur 10 tahun.”
Maksud di sini bukan untuk menyakiti anak, tetapi kita harus mulai tegas dalam mendidik anak ketika umurnya mulai 10 tahun, dan memukulnya tidak bermaksud menyakiti anak, tetapi untuk mengingatkanya.
2. Masalah : Bagaimana cara kita mendidik anak?
Jawaban : Banyak hal-hal penting yang harus Anda perhatikan
Perhatikan dengan seksama kisah nyata berikut!
Tomi Lunski, adalah anak ke empat dari keluarga Lunski. Tuan dan Nyonya Lunski selalu bekerja kerasuntuk merawat keempat anak-anaknya. Namun Tomi dilahirkan dengan cedera otak berat. Orang-orang selalu berkata bahwa Tomi tidak akan bisa berjalan atau berbicara, sehingga ia harus ditempatkan di lembaga perawatan seumur hidupnya. Namun Tn. Lunski selalu berkata,”Anda pasti keliru.” Ketika umurnya 3 tahun, kebetulan mereka bertemu dengan Dr. Eugene Spitz, Kepala bagian Bedah Saraf dan RS Anak di Philadhelpia. Setelah diperiksa dengan seksama, ia mengatakan bahwa masih ada yang dapat dilakukan di lembaga perawatan bernama Chestnut Hill. Merekapun menurutinya dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh program yang diberikan lembaga perawatan Chestnut Hill. Semangat dan pantang menyerah mereka ternyata membawa hasil. Hebatnya, Tomi mulai membaca dengan baik sekaligus mengetahui makna dari sebuah bacaan ketika berusia 4 tahun. Contohnya, ketika Tn. Lunski menulis ’Papa Tomi suka minum bir dan wiski. Perutnya buncit karena minum bir dan wiski.’, lalu, Tomi disuruh untuk membaca kalimat tersebut. Ketika ia baru membaca tiga perkataan, ia mulai tertawa. “Sudah dari dulu saya katakan bahwa Tomi dapat membaca.” kata Tn. Lunski.
Tomi digolongkan anak idiot yang tidak ada harapan pada usia 2 tahun—terutama karena tidak bisa berjalan atau berbicara—sedangkan pada usia 5 tahun dia dianggap sebagai anak yang unggul—karena terutama dapat membaca sangat lancar.
Tomi telah mengajarkan kepada kita bahwa seorang anak cedera otak sekalipun dapat belajar membaca seperti anak normal lainya—bahkan lebih baik. Seperti yang telah dijelaskan pada permasalahan pertama, mengenai beberapa alasan mengapa anak-anak harus belajar ketika usia mereka masih sangat muda.
Kepala sekolah saya—SMP Negeri 1 Depok—Heru Sumarsono, selalu mengatakan kepada anak-anak didiknya,”Kalian semua mempunyai potensi.” Dan itulah kenyataanya.
Berikut adalah beberapa cara Nabi Muhammad SAW mendidik anaknya:
Keteladanan yang baik membawa kesan positif dalam jiwa anak. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada kita supaya orang tua bersikap jujur dan menjadi teladan kepada anak-anak mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda : “Barangsiapa berkata kepada anaknya, “Kemarilah!—nanti kuberi” kemudian tidak diberi, maka ia adalah pembohong (HR. Ahmad dari Abu Hurairah) Orang tua dituntut supaya menjalankan segala perintah Tuhan dan Sunah, menyangkut perilaku dan perbuatan. Karena anak melihat mereka setiap waktu. Kemampuan untuk meniru sangat besar.
Memilih waktu yang tepat untuk menasehati—seperti yang telah dijelaskan pada permasalahan pertama.
Bersikap adil dan tidak pilih kasih. “Bertakwalah kepada Tuhan dan bersikaplah adillah terhadap anak-anak kalian.”(HR. Muslim) “Orang yang bersikap adil akan dimuliakan di sisi Tuhan di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, yaitu orang yang adil dalam hukumnya, terhadap keluarga, dan apa saja yang mereka pimpin (HR. Muslim)
Memenuhi hak-hak anak—yang baik bagi mereka
Mendoakan anak
Membantu anak supaya berbakti dan taat. “Bantulah anak-anakmu supaya berbakti! Barangsiapa yang mau melakukannya, ia dapat mengeluarkan sikap kedurhakaan dari diri anaknya (HR. Thabrani)
Tidak banyak mencela dan mencaci. Rasul begitu lembut pada anak-anaknya, tidak …pernah ada bentakan. Terbukti pada saat ini, bahwa ternyata bentakan pada anak dapat …membunuh ribuan sel pada otaknya.
Dan yang perlu kita ingat adalah, Nabi Muhammad SAW telah meletakkan kaidah dasar yang intinya bahwa seorang anak akan tumbuh dewasa sesuai dengan agama orang tuanya.
3. Masalah : Apa faktor terpenting penentu keberhasilan anak?
Jawaban : Faktor keluarga
Seperti cerita keluarga Lunski tentang anaknya, Tomi, yang mengalami cedera otak berat itu ternyata pada usia 4 tahun sudah bisa membaca dengan lancar serta mengetahui maknanya, sehingga ia menjadi anak yang unggul pada usia 5 tahun.
Hal itu juga tidak lepas dari faktor keluarganya, terutama kedua orang tuanya yang selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya.
Nabi Muhammad SAW membebankan tanggung jawab pendidikan anak itu sepenuhnya di pundak orang tua. Dari Ibnu Umar Nabi Muhammad SAW bersabda “Masing-masing kalian adalah pemimpin. Masing-masing akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin yang akan dimintai petanggung jawabannya terhadap kepemimpinanannya, seorang lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggung jawaban terhadap kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan akan dimintai pertanggung jawaban terhadap kepemimpinannya, begitu pula pelayan adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggung jawaban terhadap kepemimpinannya. Masing-masing kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya. “ (Muttafaq ‘Alaih)
Tuhan YME berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka(yang)bahan bakarnya adalah manusia dan batu; dijaga oleh malaikat yang keras dan kasar, tidak mendurhakai Tuhan terhadap apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim:6)
Faktor penentu terhadap keberhasilan pendidikan anak adalah adanya seorang ibu shalihah yang memahami peran dan tugasnya, serta mampu menjalankannya dengan sempurna. Inilah pilar utama dalam pendidikan anak.
Sebaik-baik pertimbangan menikahi wanita adalah karena keberagamaan, keshalihan, ketakwaan, dan kepatuhannya kepada Tuhan.
“Nabi Muhammad SAW bersabda : “Pilihlah untuk (meletakkan) benih (keturunanmu) pada tempat yang baik (shalihah)! (dari Aisyah diriwayatkan oleh Daruquthni).
Suami juga harus memperhatikan pengetahuan yang dimiliki isterinya untuk mengatur rumah tangga dan mendidik anak dengan baik.
Sifat-sifat pendidik sukses, yang harus dilakukan di dalam keluarga:
o Penyabar dan tidak emosional
o Lemah lembut dan menghindari kekerasan
o Hatiya penuh rasa kasih sayang
o Memilih yang termudah dari dua perkara—selama tidak berdosa
o Fleksibel
o Bersikap moderat dan seimbang
o Ada senjang waktu dalam memberi nasihat
“Apabila manusia mati, terputuslah amalnya kecuali dari 3 perkara : Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan untuk orang tuanya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Bahkan malaikat pun turut mendoakan seluruh keluarga yang shalih.
”Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Mukmin :8)
Ancaman bagi orang yang tidak mau mengakui anak atau orang tuanya sendiri.
“Barang siapa yang tidak mengakui anaknya karena hendak mempermalukannya di dunia, Tuhan Tabaraka wa Ta’ala akan mempermalukannnya pada hari kiamat di hadapan banyak saksi mata, (setimpal dengan perbuatanya) qishas dengan qishas.” (HR. Ahmad dan Thabrani dari Ibnu Umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar